Jika karena faktor bau dan ketakutan terhadap kemungkinan keracunan asam jengkolat, orang boleh saja menghindari makan jengkol. Namun, jika menolak  jengkol hanya karena menganggap jengkol makanan tak bergizi, sebaiknya  pandangan tersebut dikoreksi. 

Mengapa?
Di luar urusan bau dan kandungan asam jengkolat penyebab keracunan, jengkol sesungguhnya termasuk bahan pangan kaya gizi. Hasil penelitian  memperlihatkan, jengkol kaya karbohidrat, protein, vitamin A, B, dan C,  fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin. Bahkan, kandungan protein jengkol masih lebih tinggi daripada  tempe (18,3 gram per 100 gram bahan) yang selama ini disebut-sebut sebagai sumber pangan nabati berprotein tinggi. Dalam 100 gram biji jengkol, terkandung energi 133 kkal, protein 23,3 gram,  karbohidrat 20,7 gram, vitamin A 240 SI, vitamin B 0,7 mg, vitamin C 80  mg,  fosfor 166,7 mg, kalsium 140 mg, besi 4,7 mg, dan air 49,5 gram.

Sebagai catatan, angka kecukupan gizi vitamin C yang dianjurkan per hari adalah  75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk pria dewasa. Ini berarti, untuk  memenuhi kebutuhan vitamin C per hari, kita cukup mengonsumsi jengkol  sekitar 100 gram.

Karena jengkol kaya akan zat besi, tidak heran jika jengkol sering dianjurkan bagi para penderita anemia. Jengkol juga sangat baik bagikesehatan tulang karena tinggi kandungan kalsium, yaitu 140 mg/100 g. Peran  kalsium pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu membantu pembentukan tulang dan gigi, serta mengatur proses biologis dalam tubuh. Dengan demikian, di balik efek bau, sesungguhnya banyak manfaat yang diperoleh  dari mengonsumsi jengkol. Jadi, kenapa mesti takut makan jengkol?
(Syarifah, S.P./dari berbagai sumber)***

Sumber: http://mia4457.multiply.com

0 komentar:

Blogger Templates by Blog Forum